kelas menengah “ngehek!”
Katanya Indonesia punya banyak kelas menengah dan dalam kurun waktu 10 tahun ada sekitar 93 juta jiwa. Terutama di Jakarta, banyak kelas menengah adalah golongan pekerja yang mempunyai taraf hidup diatas rata-rata penghasilan serta memiliki hobi yang hype seperti jalan-jalan keluar negeri, belanja barang-barang ber-merk dan punya rumah/apartment di cluster yang hype juga. Karena sering jalan-jalan keluar negeri atau bekerja di perusahaan asing (sering berhubungan bisnis dengan perusahaan manca Negara), sering memakai bahasa asing. Untuk itu sudah terbiasa berkomunikasi dengan bahasa asing tersebut sampai untuk yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak, sudah mulai mengenalkan bahasa tersebut ke generasi penerusnya. Dengan berbagai motif termasuk supaya anaknya lebih siap untuk bersaing dan terbiasa berbicara dengan bahasa asing tersebut. Sampai urusan sekolah juga harus menyekolahkan anaknya di sekolah yang multi language. Sangat kompetitif. Tidak ada yang salah dengan cita-cita mulia orang tua untuk anaknya. Semuanya harus yang terbaik untuk anaknya.
Bahasa Ibu. Ada satu yang dilupakan, bahwa manusia dilahirkan dengan kodrat memiliki bahasa ibu, dimana anak akan berkomunikasi dan berpikir dengan kerangka bahasa ibu tersebut. Bahasa inilah yang dipunyai pertama kali untuk belajar untuk proses selanjutnya. Jadi menurut saya, bahasa ibu itu sangat penting termasuk sebagai salah satu identitas bagi yang bersangkutan. Sebagai orang Indonesia, Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan juga identitas Negara. Jadi bahasa menunjukkan bangsa ada benarnya. Tidak ada yang salah dengan mengajarkan bahasa asing sejak kecil, selama Anda tinggal dan hidup dengan bahasa asing itu untuk seterusnya karena bagaimanapun sebagai warga Negara harus memiliki kemampuan berbicara dengan bahasa yang diakui oleh negaranya. Banyak kelas menengah yang lupa bahwa mereka dulu juga belajar bahasa asing setelah menguasai bahasa negaranya. Jadi belajar bahasa asing bisa dilakukan setelah anak mempunyai bahasa ibu.
Outsourced nation. Sebagai kelas menengah sering sibuk mengejar karir demi mempersiapkan masa depan anak atau generasi penerusnya. Mempersiapkan dana untuk memberikan yang terbaiknya tetapi lupa dengan menyerahkan pendidikan dan pendampingan anaknya di-outsource ke pihak ketiga (suster/mbak) tanpa memberikan perhatian lagi. Semua diserahkan sebagaimana menyerahkan pendidikan kepada sekolah internasional yang mahal dan bergengsi serta multi language. Ini bukan generalisasi (steretotif) hanya  potret (snapshot). Semoga kita dijauhkan dari kondisi seperti diatas dan memberikan perhatian kepada generasi penerus kita.